POTENSI BISNIS SEREH WANGI
by indrihr • 29/12/2017 • Perkebunan, PERTANIAN • 0 Comments
Produksi minyak sereh wangi Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi minyak sereh wangi Indonesia tahun 2000 sebesar 900 ton. Tahun 2014 sudah mencapai 2.800 ton.
Tahun 2001 dan 2002 volume produksi itu pernah anjlok tinggal 300 ton. Tahun 2003 naik menjadi 800 ton, tetapi tahun 2004 kembali turun ke tingkat 300 ton. Tahun 2005 melonjak naik menjadi 1.700 ton dan angka ini bertahan sampai 2009. Tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 naik terus menjadi 2.300, 2.400, 2.500, 2.600, 2.700, dan 2.800 ton. Data produksi minyak sereh wangi 2015 dan 2016 belum tersaji di BPS. Pada zaman Hindia Belanda, Indonesia pernah menjadi produsen minyak sereh wangi utama dunia. Puncak produksi sereh wangi Indonesia terjadi tahun 1965, dengan volume 3.000 ton.

Setelah 1965 pewangi sintetis mulai diproduksi, dengan bahan baku minyak daun cengkih dan terpentin yang relatif lebih murah dari sereh wangi. Praktis sejak itu pamor sereh wangi meredup. Tahun 1989-1995 produksi minyak sereh wangi Indonesia tinggal 560 – 650 ton dengan pasar utama Taiwan. Tahun 1970, Council of Europe melalui GRASS No 2308, merekomendasikan bahwa minyak sereh wangi termasuk kategori aman. Kemudian tahun 1977 dalam paragraph 182.20 U.S. Food and Drug Administration, memasukkan minyak sereh wangi sebagai salah satu produk yang direkomendasikan aman untuk digunakan dalam makanan. Maka pelan-pelan pamor minyak sereh wangi kembali bersinar.
Bulan September 2016 ini, harga minyak sereh wangi di tingkat petani mencapai Rp 180.000 per kg. Tahun 2000 harga minyak sereh wangi baru Rp 135.000 per kg. Kenaikan harga minyak sereh wangi tak terlalu mencolok, tetapi konstan. Lain halnya dengan minyak nilam, yang pada awal tahun 2000an melambung sampai di atas Rp 1 juta per kg, dari sebelumnya hanya sedikit di atas sereh wangi. Bagi para petani, stabilitas harga berperan paling menentukan terhadap minat mereka untuk terus meningkatkan produksi. Tampaknya, harga minyak sereh wangi akan terus naik sampai permintaan dan pasokan berimbang.
# # #
Dalam Bahasa Inggris, sereh wangi disebut Java citronella grass, old citronella grass dan winter’s grass. Minyak asiri hasil destilasi daun sereh wangi disebut cotronella oil. Sampai dengan tahun 1965 sereh wangi masih bernama latin Cymbopogon nardus. Sampai sekarang pun, situs-situs resmi Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, masih menyebut sereh wangi dengan nama latin Cymbopogon nardus. Padahal, sejak 1965 The International Plant Names Index (IPNI) telah mengubah nama latin sereh wangi menjadi Cymbopogon winterianus. Perubahan nama latin ini dilakukan karena secara genetik sereh wangi berbeda dengan Cymbopogon nardus yang berhabitat asli di Afrika Tropis.
Sereh wangi juga hanya diketahui sebagai tanaman budi daya. Diduga tanaman ini berasal dari India Selatan dan Srilanka, meskipun di dua kawasan itu sudah tak diketemukan spesies liarnya. Tahun 1891, untuk pertamakali sereh wangi diintroduksi ke Jawa dan ditanam di Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun), yang waktu itu masih bernama Cultuurtuin (Kebun Alam), dan merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor. Tanaman ini mulai dibudidayakan secara besar-besaran di pulau Jawa sejak tahun 1900an. Terdapat dua tipe sereh wangi, yakni tipe Jawa (mahapengiri) dan tipe Srilanka (lenabatu). Tipe mahapengiri menghasilkan minyak dengan rendeman dan kualitas lebih baik dari tipe lenabatu. Tetapi produksi daun mahapengiri lebih rendah dibanding lenabatu.
Tipe mahapengiri ditandai dengan ukuran tanaman lebih pendek dan batang semu lebih kecil, daun juga lebih sempit, dengan tajuk lebat dan melebar. Warna batang semu keunguan. Tipe lenabatu berukuran panjang dengan batang semu besar dan kekar berwarna keputihan. Daun lebih lebar, posisi rumpun tegak. Batang semu sereh wangi lenabatu inilah yang sering kita jumpai di gerai pasar swalayan besar, dengan label “sereh dapur”. Sebagai bumbu, aroma batang semu sereh wangi tipe lenabatu tentu tak setajam aroma sereh dapur. Dua tipe sereh wangi ini sama-sama bisa dijumpai di kawasan bekas penghasil citronella oil, di Jawa Barat maupun Jawa Tengah. Kadang-kadang sereh wangi ini juga ditanam sebagai pembatas jalan.
Dua tipe sereh wangi ini kemudian diseleksi dan disilangkan dengan Cymbopogon nardus hingga dihasilkan empat kultivar unggul, yakni serai wangi 1, serai wangi 2, serai wangi 3 dan serai wangi 4. Benih sereh wangi unggul ini bisa diperoleh di Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten. Bisa pula dengan menghubungi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Jl. Tentara Pelajar No. 3, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16111, Jawa Barat. Telp: 0251 – 8321879, 8327010, Fax: 0251 – 8327010, email: balittro@indo.net.id dan balittro@litbang.pertanian.go.id. Situs: http://balittro.litbang.pertanian.go.id.
# # #
Sereh wangi dibudidayakan melalui benih berupa pecahan bonggol dengan satu batang semu dan daun. Akar serta bagian atas daun dibuang, untuk mempercepat pertumbuhan. Panen perdana pada umur enam bulan, setelah itu panen dilakukan tiap tiga bulan pada musim penghujan dan empat bulan pada musim kemarau. Hasil daun basah berkisar antara 20 sampai dengan 70 ton, bergantung dari tingkat kesuburan lahan dan perawatan. Sereh wangi bisa tumbuh baik pada elevasi antara 100 – 1500 m. dpl. Di dataran rendah rendemen minyak bisa mencapai 1,5%, tetapi dengan kadar citronellal di bawah standar 30%. Di dataran tinggi, rendemen minyak hanya sekitar 0,5%, tetapi dengan kadar sitronellal sampai 45%.
Citronella oil dihasilkan melalui penyulingan (destilasi) daun setengah kering menggunakan ketel stainless steel, dengan sistem kukus. Ketel kukus dengan blower penghasil uap air dipisahkan. Pengukusan berlangsung selama delapan jam, hingga dalam 24 jam bisa tiga kali shift. Hasil destilasi berupa air di bagian bawah, dan minyak di bagian atas. Minyak yang diambil selanjutnya disimpan dalam wadah botol beling, jerigen plastik, atau wadah stainless steel. Hasil destilasi ini perlu diperiksakan kualitasnya ke lembaga penguji, seperti Balittro, agar mempermudah pemasarannya. Tanpa rincian kualifikasi minyak, produk akan dihargai rendah oleh pembeli.
Masyarakat sering sulit membedakan minyak sereh wangi citronella oil, dengan minyak sereh dapur lemongrass oil. Di Indonesia, sereh dapur lebih banyak dibudidayakan untuk dipanen dan dipasarkan sebagai bumbu dapur. Jarang sekali sereh dapur dibudidayakan sebagai penghasil lemongrass oil. Lain halnya dengan di India dan Srilanka. Di dua negara ini sereh dapur lebih banyak dibudidayakan sebagai penghasil lemongrass oil. Ada dua spesies sereh dapur yang dibudidayakan di dua negara tersebut. Pertama West Indian lemongrass (Cymbopogon citratus). Kedua East Indian lemongrass, Malabar grass, Cochin grass (Cymbopogon flexuosus).
Dalam perdagangan internasional, selain citronella oil dan lemongrass oil, dikenal pula palmarosa oil. Minyak palmarosa dihasilkan dari rumput palmarosa, sereh wangi palmarosa (palmarosa grass, Indian geranium, gingergrass, rosha, Cymbopogon martini). Di dunia ada 52 spesies Cymbopogon, tetapi tidak semua bisa dimanfaatkan sebagai bumbu, atau didestilasi untuk diambil minyaknya. Fenomena kembalinya masyarakat negara maju menggunakan zat aromatik asli dari tumbuhan, telah mendongkrak pasar minyak sereh wangi nasional. Dalam agroindustri minyak asiri, idealnya jangan hanya mengandalkan satu produk. Paling sedikit diperlukan lima komoditas: sereh wangi, nilam, kenanga/ylang-ylang, dan daun cengkih/pala. Maksudnya agar ketel tak banyak nganggur. # # #
Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
Foto : HR. Indriati
