• BIAYA OFF FARM DALAM BISNIS AGRO

    by  • 20/10/2025 • Uncategory • 0 Comments

    Dekade 1980 di sebuah gerai produk pertanian di Amsterdam, negeri Belanda; ada nangka muda dalam kaleng produk Thailand. Saya bayangkan di Negeri Gajah Putih itu ada perkebunan nangka skala besar dengan sebuah pabrik modern.

    Ternyata saya keliru. Nangka dalam kaleng di Amsterdam dan kota-kota besar lain di seluruh dunia itu berasal dari para petani kecil, dengan lahan yang kadang tak sampai satu hektare. Nangka muda dalam kaleng itu ternyata merupakan nangka afkir karena bentuk dan ukuran tak memenuhi standar kualitas buah nangka. Nangka afkir ini sengaja mereka petik muda untuk dikalengkan. Buah dengan bentuk dan ukuran sesuai standar, mereka biarkan sampai tua. Buah nangka muda afkir itu mereka panen pada umur tertentu dihitung sejak polinasi bunga. Meskipun hari itu hanya ada satu buah, tetap mereka panen.

    Buah nangka itu mereka cuci, kupas, potong-potong, lalu dikumpulkan dalam satu wadah. Proses ini dikerjakan di masing-masing lokasi kebun, dengan SOP baku. Saat mencuci, mengupas dan memotong buah nangka muda, para petani itu mengenakan celemek, sarung tangan, masker dan penutup kepala (shower cap). Potongan buah nangka muda dicelupkan dalam larutan sodium metabisulfit (SMBS, Na2S2O5) agar tidak teroksidasi (berwarna coklat) dan tercemar bakteri/jamur. Setelah itu potongan nangka muda tersebut dibawa ke unit perebusan dan pengalengan.

    Di unit ini nangka muda direbus lalu dimasukkan ke dalam kaleng dan dipasteurisasi. Satu unit pengalengan menampung sampai belasan petani. Nangka muda yang sudah dikalengkan itu dibawa ke unit pelabelan dan pengemasan dalam kardus. Unit ini sekaligus juga menjadi gudang transit untuk tujuan ekspor. Semua proses itu dikerjakan oleh para petani sendiri melalui koperasi mereka. Hingga keuntungan dari agroindustri nangka ini menjadi milik bersama mereka. Demikian pula buah nangka masak ada yang mereka pasarkan segar dalam bentuk terkupas dan tanpa biji. https://www.youtube.com/watch?v=zfZe3Qv8iGc Ada pula yang mereka olah menjadi keripik dengan low-temperature vacuum drying (LTVD).

    Penampilan keripik nangka produk LTDV masih sama dengan nangka segar. Bentuk, volume, warna, tekstur, rasa dan aroma semua sama. Keripik nangka LTDV Thailand juga merajai pasar makanan ringan dunia, termasuk di Indonesia. Model agroindustri nangka ini juga diterapkan untuk leci, nanas, durian, mangga dll; dengan berbagai penyesuaian. Leci hanya dipasarkan segar, dalam kaleng dan kering. Nanas dalam bentuk segar, kaleng dan konsentrat. Durian dipasarkan segar, beku, keripik LTDV dan lempok. Mangga dalam bentuk segar, asinan (pickle), keripik LTDV dan jus, hingga hampir tak ada buah yang terbuang.

    Efisiensi Biaya Tetap

    Karena semua dikerjakan oleh petani sendiri, biaya tetap (fixed cost) sayuran dan buah dalam kaleng, keripik, jus dll. produk Thailand menjadi sangat rendah. Pertama, tidak ada kebun besar dengan manajemen tunggal. Hingga kebun-kebun itu dikelola oleh masing-masing petani. Biaya koordinator, supervisor, manajer dan direktur dalam sebuah perusahaan besar tidak ada. Pekerjaan itu dilakukan oleh para petani sendiri dalam wadah koperasi. Koordinator, supervisor, manajer dan direkturnya merupakan personel koperasi, meskipun digaji, gaji mereka tidak sebesar gaji profesi yang sama dalam sebuah perusahaan.

    Biaya tetap panen dan paska panen dalam perusahaan yang cukup tinggi, ketika dilakukan sendiri oleh petani diubah menjadi biaya variabel. Artinya, petani akan dibayar sesuai dengan volume/bobot buah yang mereka hasilkan. Biaya perawatan bangunan, listrik, sarana komunikasi, transportasi dll, juga sangat kecil karena dilakukan di tempat yang terpusat hanya pada saat pemberian label dan pengemasan. Tempat ini sebenarnya hanya merupakan “gudang transit” untuk masuk ke dalam kontainer yang akan segera dibawa kapal laut atau dalam keranjang plastik yang diangkut pesawat terbang kargo.

    Perusahaan Thai Cargo, bekerjasama dengan semua perusahaan kargo udara dari semua maskapai penerbangan negara importir. Prinsipnya, lebih murah manakah biaya pengiriman ke negara-negara Uni Eropa? Lebih murah Thai Cargo, Air France KLM Martinair Cargo, Lufthansa Cargo, atau perusahaan kargo lain? Pengangkutan dari kebun ke tempat pengalengan/proses LTDV, pelabelan dan paking dalam kardus, dilakukan oleh masing-masing unit kerja koperasi tersebut. Di Thailand juga tidak ada preman yang minta-minta THR atau polisi yang menilang mobil pickup atau box. Hingga biaya off farm, selalu lebih kecil dibanding biaya on farm.

    Pemerintah Thailand memberi ruang yang cukup longgar bagi aktivitas bisnis agro. Ini dimulai dengan kementerian mereka yang bernama Kementerian Pertanian dan Koperasi. Kementerian ini punya lima departemen: Departemen Pertanian, Departemen Penyuluhan, Departemen Perikanan, Departemen Pengembangan Peternakan dan Departemen Padi. Karenanya semua aktivitas pertanian di Thailand dikelola secara swadaya oleh para petani sendiri melalui koperasi mereka. Koperasi-koperasi di Thailand selalu berbasis komoditas. Koperasi petani nangka, durian, jeruk, mangga, anggrek, padi dll.

    Model pengelolaan bisnis agro melalui koperasi tak hanya dilakukan Thailand. Vietnam, China, Filipina, Australia juga negara-negara Uni Eropa menggunakan koperasi untuk menekan biaya off farm dalam bentuk biaya tetap untuk manajemen. Tetapi di negara-negara tersebut, premanisme tidak ada dan perilaku aparat keamanan sangat baik. Polisi lalulintas Thailand malah “terlalu baik”. Taksi yang kedapatan melanggar peraturan lalulintas, apabila berpenumpang wisatawan akan dibiarkan terus melanjutkan perjalanan. Di Indonesia tarif masuk ke obyek wisata pun diskriminatif. Wisatawan asing digetok tarif lebih tinggi. # # #

    Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
    Foto F. Rahardi

    About

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *