• VESPA YANG BISA TERBANG

    by  • 10/02/2020 • PETERNAKAN • 0 Comments

    November 2019, kosakata vespa viral di media sosial. Ini bukan vespa sepeda motor, yang pernah ngetrend pada dekade 1970; melainkan serangga penyengat suku Vespidae. Bahasa Indonesia baku menyebutnya tabuhan, Bahasa Inggrisnya hornet.

    Orang Jawa menyebut serangga ini tawon endas. Kosakata tawon mengacu ke lebah, endas berarti kepala. Sebab tabuhan biasa menyengat manusia di bagian kepala. Tabuhan viral di media sosial, karena beberapa orang di Jawa Tengah meninggal akibat disengat kawanan tabuhan ini. Masyarakat lalu fasih menyebut jenis serangga ini dengan nama Vespa. Ada yang lebih lengkap lagi dengan nama spesiesnya, Vespa affinis. Sebenarnya tingkat bahaya tabuhan bagi manusia, tak seberapa besar dibandingkan dengan lebah madu hutan, tawon gung, odeng, giant honey bee, Apis dorsata.

    Kasus serangan lebah madu hutan terhadap manusia, juga lebih sering dibanding kasus serangan tabuhan. Tetapi serangan lebah madu hutan belum pernah terendus media sosial, hingga menjadi viral. Serangan lebah madu hutan juga lebih mematikan dibanding serangan tabuhan. Saya beberapa kali disengat tabuhan. Terakhir di Taman Nasional Ujung Kulon disengat bagian tangan, dan saya tidak apa-apa. Serangan tabuhan jarang bersifat massal. Andaikan sekawanan tabuhan menyengat, lokasi yang disengat memencar. Lain dengan kawanan lebah madu hutan yang sengatannya tertuju ke satu titik yang telah disengat oleh lebah pertama.

    Tetapi sampai sekarang orang juga tidak trauma dengan lebah madu hutan. Orang-orang Badui, Dayak, Sumbawa, juga tetap berburu madu lebah hutan. Karena volume madu lebah hutan memang sangat banyak dibanding lebah rumah budidaya Asia, Apis cerana indica; dan lebah budidaya Eropa, Apis mellifera. Tabuhan juga masih banyak bisa dijumpai di DKI Jakarta dan sekitarnya. Larva tahunan biasa dikonsumsi manusia dengan cara digoreng, dipepes, atau dimasak lain. Juga untuk memancing, dan pakan burung. Masyarakat tradisional, tahu cara memanen larva tabuhan dan madu lebah hutan dengan aman.

    Nilai Ekonomis Tabuhan

    Dibanding lebah madu hutan, tabuhan hampir tak punya nilai ekonomis. Madu lebah hutan bisa dipasarkan sejajar dengan madu produksi massal lebah modern. Honey wine untuk terapi penderita lupus, malahan mensyaratkan penggunaan madu lebah hutan. Sebaliknya larva tabuhan tak pernah bisa dijumpai di pasaran. Masyarakat memanen larva tabuhan hanya untuk dikonsumsi, memancing atau pakan burung milik sendiri. Nilai ekonomis tabuhan, harus dilihat secara makro. Larva tabuhan diberi makan nektar dan polen, oleh tabuhan dewasa. Dalam fase pupa, tabuhan tidak makan apa pun. Saat mengambil nektar dan polen, tabuhan dewasa merupakan penyerbuk bunga, hingga secara ekonomis menguntungkan dunia pertanian.

    Beda dengan larvanya, tabuhan dewasa mengonsumsi serangga. Di sinilah tabuhan bersama capung, kadal, kodok, burung layang-layang, dan kampret; bermanfaat bagi dunia pertanian. Tanpa satwa predator; serangga, termasuk serangga hama akan memenuhi planet bumi. Bahkan dengan pengendalian predator pun; serangga masih menjadi satwa dengan populasi paling besar. Meningkatnya populasi tabuhan mestinya wajib disyukuri; sebab ada ribuan bunga terpolinasi, dan ribuan serangga hama terbasmi. Meskipun untuk menghitung secara eksak potensi ekonomi perlu penelitian, tabuhan jelas menguntungkan manusia.

    Pulau Jawa, yang kondisi lingkungannya paling awal rusak dibanding pulau-pulau besar lain; belakangan ini justru paling cepat membaik. Lahan-lahan non hutan yang dulunya gundul, belakangan ditanami kayu keras, terutama sengon dan jati. Di bawah tegakan sengon dan jati, petani masih bisa menanam kopi, empon-empon, dan belakangan juga porang. Populasi serangga ikut meningkat dengan membaiknya lingkungan. Populasi kadal, kodok, capung, burung layang-layang, dan tabuhan juga naik sejalan dengan naiknya populasi serangga. Pada zaman Orde Baru, media massa rutin memberitakan tanaman padi gagal panen karena hama wereng.

    Tak Hanya Affinis

    Berita gagal panen akibat serangan wereng itu sekarang hampir tak ada. Itu antara lain juga karena peran predator serangga, termasuk tabuhan. Jadi tak tepat memberi stigma tabuhan, yang belakangan populer dengan nama Vespa, sebagai musuh umat manusia. Para komentator di media sosial sering sok tahu dengan menyebut semua tabuhan sebagai Vespa affinis. Padahal di dunia ini ada 29 spesies Vespa. Tujuh spesies telah punah. Dari 22 spesies yang masih ada, tiga spesies hidup di Indonesia, termasuk Jawa: Vespa affinis (lesser banded hornet), Vespa analis (Yellow-vented hornet), dan Vespa velutina (yellow-legged hornet).

    Dari tiga spesies Vespa itu, Vespa Velutina paling jarang dijumpai. Vespa affinis dan Vespa analis; bisa dijumpai bersamaan di satu tempat. Sarang genus Vespa terbuat dari kayu lapuk yang dikunyah oleh tabuhan dewasa, lalu dibentuk melengkung menutup lapisan sarang lama. Lapisan sarang yang masih basah, akan dikipasi oleh tabuhan dewasa menggunakan sayap mereka. Setelah lapisan sarang baru mengeras, lapisan lama di bagian dalam dibongkar. Dalam sarang ini dibentuk sarang larva dan pupa berlapis-lapis. Sarang genus Vespa dilekatkan di ranting dan cabang pohon, semak, atau bangunan.

    Ketika kosakata Vespa untuk menyebut serangga tabuhan viral di media sosial; banyak yang heran. Kok namanya seperti merk sepeda motor Italia yang legendaris itu? Tentu bukan nama serangga Vespa yang mengikuti nama sepeda motor ciptaan Piagio, tetapi justru Piagio yang mengambil nama serangga Vespa untuk memberi nama merek sepeda motor ciptaannya. Sebab bentuk sepeda motor Vespa memang mirip dengan serangga Vespa. Pesawat tempur McDonnell Douglas diberi nama Hornet juga mengacu ke serangga tabuhan. Belakangan kelompok gay, dan aplikasi Android juga menggunakan nama Hornet. # # #

    Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
    Foto F. Rahardi

    About

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *