• KECUBUNG DAN HAK ASASI BURUNG

    by  • 12/08/2021 • PETERNAKAN • 0 Comments

    Di situs penjualan online, ditawarkan buah kecubung segar dengan berbagai variasi harga. Mulai dari bobot 50 gram @ Rp 3.000 sampai bobot 100 gram dengan harga @ Rp 7.000. Biji kecubung kering, ditawarkan dengan harga antara Rp 60.000 sampai 80.000 per kemasan 100 gram. Harga-harga itu belum termasuk biaya kirim.

    Kecubung, indian thornapple, Datura metel, suku terong-terongan, Solanaceae; dikenal sebagai tumbuhan beracun. Racun kecubung berupa alkaloid, terdiri dari Antropin (C17H23NO3); Hiosiamin (C17H23NO3); dan Scopolamine (C17H21NO4). Antropin yang juga disebut Daturin, bersifat antikolinergik, penghambat kerja syaraf neurotransmitter asetilkolin. Hiosiamin digunakan sebagai obat anti kejang organ pencernaan dalam dunia farmasi. Scopolamine merupakan obat analgesik, yang juga bersifat halusinogen. Zat inilah yang di India purba sudah digunakan dalam praktek pengobatan Ayurveda, dan ritual keagamaan Syiwaisme.

    Zat alkaloid kecubung terdapat dalam semua bagian tumbuhan. Kandungan tertinggi terdapat dalam akar dan buah, yakni sekitar 2%. Sedangkan dalam daun dan bunga kurang dari 1%. Daun dan bunga kecubung sering diisap sebagai “rokok”, dengan efek halusinasi ringan. Halusinasi berat didapat dari akar dan buah. Karena faktor kemudahan, akar kecubung jarang digunakan dibanding buahnya. Biasanya biji kecubung disangrai lalu ditumbuk dan diseduh seperti kopi. Di India, sari buah kecubung diminum dengan susu, dalam ritual keagamaan, juga di kalangan “geng perampok” sebelum melakukan aksi mereka. Sampai sekarang, belum dijumpai kasus overdosis penyalahgunaan kecubung.

    Sifat zat halusinogen pada scopolamine buah kecubung, sama dengan cannabidiol (CBD) pada ganja (Canabis sativa), papaverine dan thebaine pada opium (Papaver somniferum); cocainum pada koka (Erythroxylum coca); serta cathinone pada khat (Catha edulis). Cannabidiol, papaverine dan thebaine, cocainum, serta cathinone; digolongkan sebagai zat psikotropika; yang banyak negara penggunaannya secara bebas dilarang atau dibatasi. Scopolamine pada buah kecubung belum dimasukkan sebagai zat psikotropika. Sekarang, zat psikotropika dari tumbuhan, telah bisa disintesis dan diproduksi massal, hingga bisa dipasarkan secara illegal dengan harga lebih murah. Misalnya shabu dan ekstasi.

    Kecubung berupa semak berkayu, dengan tinggi 1 – 2 meter, berbunga ungu, atau putih. Buah berbentuk bulat atau lonjong dengan duri di permukaan kulitnya. Kecubung berasal dari Asia dan Afrika Tropis. Sekarang sudah menyebar ke Amerika Tropis. Meskipun sama-sama beracun, kecubung beda dengan kecubung hutan, kecubung gunung, brazil’s white angel trumpet, Brugmansia suaveolens, yang berasal dari Amerika Tropis. Di Indonesia, kecubung hutan tumbuh invasif di kawasan pegunungan, dengan elevasi di atas 1.000 meter dpl. Sedangkan kecubung merupakan tumbuhan dataran rendah dan menengah.

    Untuk Burung dan Ikan

    Para penjual buah kecubung di situs penjualan online, menawarkan dagangan mereka sebagai sarana doping bagi burung pengicau, terutama love bird. Maraknya bisnis buah kecubung di situs penjualan online, hanyalah mengikuti trend bisnis burung kicauan. Para penggemar burung kicauan yang tergabung dalam Kicau Mania, juga tahu bahwa pemberian kecubung ke burung, terutama love bird, bisa menyebabkan “ngekek panjang” (berkicau terus), korslet (macet), bahkan bisa mati. Para Kicau Mania, memberikan air rebusan buah kecubung dalam minuman love bird hanya beberapa tetes. Bisa juga dicampurkan ke pakan, atau disemprotkan ke bulu menjelang lomba.

    Karena dampaknya ke burung bisa positif (ngekek panjang) dan bisa negatif (mati); di kalangan kicau mania terdapat pro dan kontra penggunaan kecubung. Sebenarnya trend memelihara burung pun sudah kontroversial, terutama yang masih menangkap burung liar dari alam. Love bird termasuk burung yang sudah dibudidayakan secara massal. Burung ini berasal dari Afrika dan Madagaskar, termasuk jenis berparuh bengkok (parrots) genus Agapornis, suku Psittaculidae. Love bird diintroduksi ke Inggris oleh naturalis Prideaux John Selby pada tahun 1836. Di Indonesia, love bird baru mulai populer pada dekade 2000. Dan 2010 menjadi trend bagi para penggemar burung pengicau.

    Love bird disukai masyarakat Indonesia bukan karena kicauannya yang sebenarnya tak istimewa, melainkan karena warna-warni bulunya. Warna bulu love bird yang “ngejreng” segera menarik perhatian para “Kicau Mania”. Dalam waktu sangat singkat love bird menjadi simbol status masyarakat bawah dan menengah. Multiplier effect dari bisnis love bird, juga jenis burung lain; merambat ke kurungan dan pakan. Maraknya love bird sebagai simbol status, menyebabkan pasar kurungan dan millet naik tajam. Sebelumnya millet hanya dikonsumsi oleh perkutut, puter, tekukur, gelatik dan bondol; itu pun dalam volume terbatas sebagai substitusi.

    Maraknya lomba burung kicauan, multiplier effect bisnis burung merambah ke buah kecubung untuk doping. Di sinilah para penyayang binatang, termasuk di kalangan kicau mania sendiri; ada yang tak setuju. Mengurung burung sendirian seumur hidup, sebenarnya sudah tak berperikebinatangan. Mereka menyebut perilaku ini telah melanggar hak asasi burung. “Mestinya burung dipelihara dalam sangkar permanen yang ditaruh di tanah, atau diikatkan ke pohon. Yang dipelihara jantan/betina, hingga bisa berkembangbiak.” Itulah pendapat mereka yang tak setuju burung dikurung seumur hidup sendirian.

    Bagaimana pun juga kecubung itu racun. Hingga menjadikannya doping agar burung kicauan terutama love bird “ngekek panjang”, tidak tepat. Hanya sebagian love bird yang setelah diberi kecubung mau “ngekek panjang”. Kelebihan dosis sedikit saja, burung kesayangan bisa tewas. Sebab kandungan Antropin; Hiosiamin; dan Scopolamine dalam buah kecubung segar berbeda-beda sesuai dengan jenis tanamannya. Kecubung berbunga putih lebih keras dibanding yang berbunga ungu. Lokasi tumbuh juga menentukan tinggi rendahnya kandungan. Selain untuk doping burung kicauan, kecubung juga digunakan untuk membius ikan selama pengangkutan agar tidak stress. # # #

    Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
    Foto F. Rahardi

    About

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *