• IMPOR DAGING KERBAU INDIA DAN MEREBAKNYA PMK

    by  • 28/06/2022 • PETERNAKAN • 0 Comments

    Usai Botabek, Hewan Ternak Terindikasi Kena PMK Ditemukan di Depok https://news.detik.com/berita/d-6109222/usai-botabek-hewan-ternak-terindikasi-kena-pmk-ditemukan-di-depok; Nasib Perih Peternak Sapi Perah Jabar Dihajar Penyakit Mulut dan Kuku https://www.kompas.id/baca/nusantara/2022/06/03/nasib-perih-peternak-sapi-perah-jabar-dihajar-penyakit-mulut-dan-kuku; 33 Sapi di Riau Positif Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku https://sumbar.inews.id/berita/33-sapi-di-riau-positif-terjangkit-penyakit-mulut-dan-kuku.

    Itulah tiga berita terbaru tentang penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi. Padahal Indonesia sudah dinyatakan World Health Organization (WHO) bebas PMK. Karenanya, Indonesia dilarang memasukkan ternak, daging dan produk peternakan lainnya, dari negara yang belum bebas PMK. India merupakan salah satu negara yang belum bebas PMK. Sampai dengan akhir pemerintahan SBY 2014, Indonesia tak pernah mengimpor ternak dan produk ternak berkuku genap dari India. Beberapa kali percobaan penyelundupan daging sapi dan kerbau dari India ketahuan dan dikembalikan atau dimusnahkan.

    Indonesia terpaksa mengimpor daging dan ternak hidup, terutama sapi, karena laju pertumbuhan populasi sapi berada di bawah laju pertumbuhan konsumsi daging. Produksi daging sapi nasional 2021 (ditambah sisa stok 2020), sebesar 473.814 ton. Sementara konsumsi daging sapi nasional 2021 sebesar 696.956 ton. Defisit daging sapi ini ditutup dengan impor sapi bakalan sebanyak 502.000 ekor, impor daging sapi dari Brasil sebesar 85.500 ton, dan impor daging kerbau India 80.000 ton. Daging kerbau dari India sudah mulai kita impor sejak 2016. Dibanding daging sapi, daging kerbau India memang lebih murah.

    Di Indonesia, harga daging kerbau lebih tinggi dari daging sapi; dan hanya dikonsumsi di kawasan tertentu. Misalnya di Rangkasbitung, Banten, serta Kudus dan Kaliwungu, Jateng. Daging kerbau juga dikonsumsi pada hari Idulfitri, dan dijual di Pasar Cisalak, Depok. Dengan bobot sama, harga kerbau hidup di Indonesia juga lebih tinggi dari harga sapi. Ini kerbau biasa, bukan kerbau belang untuk upacara pemakaman di Tana Toraja, Sulawesi Selatan; yang harganya bukan hanya mencapai puluhan melainkan bisa ratusan juta rupiah per ekor. Jenis kerbau di Indonesia sama dengan di India, yakni kerbau air asia, Bubalus bubalis.

    Impor daging kerbau dari India diduga menjadi penyebab merebaknya kasus PMK di Indonesia. Impor daging kerbau dari India sejak 2016 merupakan sebuah kemunduran. Ketika masih menjadi Gubernur DKI, Jokowi pernah datang ke NTT dan melihat begitu banyaknya sapi di sana. Informasi yang disampaikan kepadanya, sapi kita cukup, hanya distribusinya tidak merata. Itulah sebabnya ketika ia menjadi Presiden RI dicanangkannya program tol laut. Salah satu tujuannya untuk memperlancar distribusi sapi potong. Ia tidak pernah diberi informasi, bahwa Indonesia defisit sapi potong.

    Dari PKS ke PDIP

    Pada pemerintahan SBY 2004 – 2014, impor daging sapi berada di bawah “naungan” Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang menguasai Kementerian Pertanian. Importir daging sapi memang perusahaan swasta, tetapi perlu izin impor dari Kementerian Perdagangan. Izin impor bisa keluar apabila ada rekomendasi dari Kementerian Pertanian. Pada era SBY, Kementerian Pertanian merupakan “jatah” PKS. Impor daging sapi merupakan salah satu “sumber” pemasukan bagi parpol, dan juga ajang korupsi bagi para petingginya. Kasus suap impor daging sapi berbuntut ke pengadilan dan vonis 16 tahun penjara terhadap Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS dan anggota DPR periode 2009-2014.

    Sejak pemerintahan Jokowi, “pengendali” impor daging beralih ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Importirnya tetap sama, tetapi kebijakannya yang berbeda. Pada era SBY, meski terbukti ada kasus korupsi, kita masih patuh terhadap ketentuan WHO, tidak mengimpor ternak hidup dan daging dari India. Setelah Jokowi dilantik jadi presiden pada Oktober 2014, dan kendali impor daging beralih ke PDIP, langkah pragmatis impor daging kerbau dari India diizinkan, dengan menabrak anjuran dari WHO. Impor perdana daging kerbau India dimulai sejak 2016 dengan volume rata-rata 100.000 ton per tahun.

    Kebijakan impor daging kerbau India ini, di satu pihak memang bisa memenuhi kebutuhan daging nasional. Andaikan tidak, kemungkinan besar defisit sapi potong akan semakin tinggi, karena banyaknya sapi betina produktif yang ikut dipotong. Tetapi impor daging kerbau India hanya mampu menurunkan harga daging sapi pada 2016 dan 2017 ke tingkat Rp 100.000 dari sebelumnya Rp 125.000 per kilogram. Tetapi sejak 2018 daging sapi kembali ke harga sebelumnya, bahkan pada 2022 sekarang ini daging sapi bertengger ke tingkat harga Rp 150.000 per kilogram. Jadi, impor daging kerbau India juga tak bisa menekan harga daging sapi dalam negeri.

    Yang terjadi pada tahun 2022 sekarang ini, justru merebaknya PMK di beberapa daerah. Kemungkinan besar, kasus PMK akan semakin banyak ditemukan, dan itu akan berdampak ke turunnya populasi sapi rakyat. Sampai sekarang, rasio feedlot modern (termasuk impor dalam bentuk daging) dibanding sapi rakyat, masih 30% berbanding 70%. Idealnya sapi feedlot modern 70%, sapi rakyat 30%. Rasio populasi ayam pedaging (broiller) Indonesia dengan ayam kampung justru sangat sehat. Populasi ayam broiler Indonesia 2021 sebesar 3,1 miliar ekor. Sedangkan populasi ayam kampung hanya 317 juta ekor.

    Sebutan PMK berasal dari Bahasa Inggris foot-and-mouth disease, yang disebabkan oleh virus. Virus PMK menyerang hewan berkuku genap: sapi, kerbau, kambing, domba dan babi. Virus PMK sangat jarang bisa menular ke manusia. Penyakit serupa yang menyerang manusia, terutama anak-anak disebut Penyakit Mulut Tangan dan Kaki (Hand, foot, and mouth disease, HFMD). Para peternak Indonesia juga pernah menderita akibat PMK. Tahun 1986 dilakukan eradikasi (pemusnahan) ternak yang terjangkit PMK. Sejak itu Indonesia dinyatakan bebas PMK. Lalu akibat keteledoran impor daging kerbau India, tahun 2022 ini PMK datang kembali. # # #

    Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
    Foto F. Rahardi

    About

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *