PENGHEMATAN PUPUK PADI SAWAH
by indrihr • 11/04/2023 • Perkebunan, PERTANIAN • 0 Comments
Dalam pertanian modern, dosis pupuk perlu dihitung cermat demi efisiensi dan efektifitas. Dengan volume pupuk tepat, bisa diperoleh produksi optimum, tetapi dengan biaya serendah mungkin. Itulah prinsip agroindustri.
Dari tiap hektare sawah, rata-rata bisa dihasilkan 5 ton padi kering panen, 7,5 ton jerami, dan 2,5 ton bonggol jerami berikut akarnya. Jadi dari tiap hektare lahan sawah, dalam satu musim tanam akan diproduksi 15 ton material terdiri dari 5 ton gabah dan 10 ton jerami berikut bonggol dan akarnya. Kadar air gabah kering panen sekitar 25%, sedangkan kadar air jerami segar berikut bonggol dan akarnya 65%. Dari 10 ton material yang diproduksi tiap hektar sawah selama satu musim tanam, sebanyak 7,75 ton berupa air. Rinciannya, 1,25 ton berupa kandungan air gabah dan 6,5 ton berupa kandungan air jerami berikut bonggol dan akarnya.
Setelah dikurangi air, bahan padat yang dihasilkan tiap hektar sawah selama satu musim tanam tinggal 7,75 ton berupa gabah, jerami berikut bonggol dan akarnya. Gabah sebanyak 5 ton seluruhnya akan diambil dari lahan sawah. Sedangkan jeraminya bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, tetapi sebagian besar ditinggal di sawah dan dibakar. Pembakaran jerami menghasilkan energi berupa panas yang sia-sia terbuang ke udara. Padahal jerami itu bisa ditumpuk di pojokan sawah agar terkomposkan dan pada musim tanam berikut bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
Dari 7,75 ton bahan padat yang diproduksi satu hektare sawah, sebagian besar berupa karbon (C) yang diambil dari udara berupa CO2 pada saat fotosintesis. Sebagian lagi berupa hidrogen dan oksigen, yang diurai oleh tanaman dari air (H2O) yang diserap akar. Sebagian lainnya berupa nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K) serta unsur-unsur mikro yang tersedia dalam tanah. Karena tiap musim tanam diambil untuk diubah menjadi gabah dan jerami, dan kemampuan lahan untuk memproduksi nutrisi baru tidak secepat proses pengambilannya, maka lahan sawah itu perlu diberi tambahan pupuk.
Nitrogen sebenarnya bisa diambil dari udara lewat stomata, dan berkat simbiosis dengan mikoriza unsur N itu bisa disimpan oleh tanaman dalam bintil akar di dalam tanah. Yang berkemampuan mengambil N langsung dari udara hanya tumbuhan suku Polong-polongan (Fabaceae). Itulah sebabnya rotasi padi dengan kedelai paling ideal, sebab tanaman kedelai masuk suku polong-polongan yang bisa menyimpan N dalam bintil akar dan bisa meningkatkan kesuburan tanah sawah, sekaligus menghemat biaya pupuk urea. Khusus untuk lahan sawah yang belum pernah ditanami kedelai, perlu terlebih dahulu diberi mikoriza.
Peran Bahan Organik
Di dunia ini nitrogen paling murah dan mudah didapat hanyalah urea (CON2H4), baik urea alam berupa urine manusia dan hewan; maupun urea pabrik dari bahan baku gas alam (natural gas, CH4). Untuk bisa rutin menghasilkan padi 5 ton per hektar per musim tanam, sawah di dataran rendah di Jawa (pantura), memerlukan 300 kilogram urea. Fosfat, kalium dan unsur mikro diperlukan dalam volume sangat kecil sesuai dengan kondisi lahan setempat. Sampai sekarang pemerintah RI masih memberlakukan subsidi pupuk. Harga pupuk urea subsidi Rp 2.250 per kilogram sedangkan harga pasar (non subsidi) Rp 12.000 per kilogram.
Perbedaan harga urea subsidi dan non subsidi inilah yang memicu korupsi di negeri ini. Di Jepang, pemerintah tidak memberikan subsidi ke petani, melainkan insentif. Subsidi diberikan ke semua petani, sedangkan insentif diberikan ke petani tertentu yang berprestasi, atau yang bersedia menanam padi di lahan non padi, atau malahan lahan non pertanian. Para petani kreatif berupaya menurunkan biaya pemakaian urea dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menumpuk jerami di pojokan petak sawah, agar menjadi kompos. Dengan pemanfaatan jerami sebagai kompos, penggunaan urea bisa ditekan dari 300 kilogram menjadi 200 kilogram.
Penggunaan urea ini masih bisa ditekan lagi hanya 100 kilogram per hektar per musim tanam, apabila selain kompos jerami, petani juga memasukkan pupuk kandang atau pupuk hijau sebanyak 1 ton per hektar per musim tanam. Petani bisa menghemat antara Rp 225.000 sampai Rp 450.000 per musim tanam. Selain penurunan penggunaan urea, pemanfaatan kompos jerami, pupuk kandang dan pupuk hijau juga akan meningkatkan kualitas beras. Beras yang dihasilkan oleh sawah dengan pupuk urea dosis 300 kilogram per hektar, akan cepat rusak. Nasinya juga akan cepat basi dibanding beras yang dihasilkan oleh tanaman padi dengan dosis urea rendah.
Pupuk hijau yang biasa digunakan petani, pada umumnya daun tanaman polong-polongan. Di Kab. Klaten (Jateng), Sleman, Bantul, dan Kulonprogo (DIY), para petani menggunakan daun trembesi yang ditanam di sepanjang jalan desa sebagai pohon peneduh. Daun segar dengan rantingnya itu mereka taruh di lahan sawah. Dalam waktu tiga sampai dengan lima hari daun itu akan hancur terurai menjadi nutrisi dan bahan organik yang siap dimanfaatkan tanaman padi. Hampir semua daun tanaman suku polong-polongan bisa dijadikan pupuk hijau untuk menurunkan biaya pupuk urea.
Pupuk hanyalah salah satu faktor penentu produktivitas padi. Selain itu masih ada faktor kualitas benih, ketersediaan air, intensitas sinar matahari dan ada tidaknya serangan hama serta penyakit tanaman. Saat ini mayoritas petani sudah menggunakan benih unggul. Ketersediaan air irigasi juga terus ditingkatkan oleh pemerintah melalui pembangunan waduk baru, serta perbaikan saluran air. Itulah sebabnya meski lahan sawah di Jawa terus menyusut akibat alih fungsi untuk jalan dan bangunan, produktivitas padi terus meningkat. Sekarang juga tak pernah kedengaran petani gagal panen akibat serangan hama serta penyakit tanaman padi. # # #
Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
Foto F. Rahardi