LENGKENG LECI DAN APEL DATARAN RENDAH
by indrihr • 18/04/2023 • Buah, Sayur, Tanaman Hias, PERTANIAN • 0 Comments
Di marketplace Indonesia, ditawarkan lengkeng, leci dan apel dataran rendah. Ini penipuan sebab lengkeng, leci dan apel merupakan tanaman dataran tinggi, bahkan lebih spesifik lagi dataran tinggi kering.
Awal tahun 2000an, di Indonesia marak dipromosikan benih lengkeng dataran rendah. Waktu itu koran, majalah, tabloid, radio dan televisi gencar mempromosikan keberadaan lengkeng dataran rendah yang diklaim delapan bulan bisa panen. Sudah 20 tahun benih lengkeng dataran rendah ini diproduksi dan dipasarkan, tetapi sampai sekarang belum ada kebun lengkeng dataran rendah dalam skala komersial. Mestinya kalau lengkeng dataran rendah itu benar ada, produk buahnya sudah masuk ke pasar. Sampai sekarang Indonesia masih impor lengkeng segar dari Thailand. Tahun 2019, impor lengkeng segar kita tercatat 4.464,9 ton.
Pembeli benih lengkeng dataran rendah, juga kecewa karena kualitas buah terlalu rendah. Daging buah lembek, dengan ukuran biji yang terlalu besar dibanding volume daging buah. Janji delapan bulan bisa panen buah memang benar. Tetapi, apabila benih yang dibeli setinggi satu meter dengan lima ranting, buah yang bisa dipanen maksimal hanya lima tangkai buah, dengan jumlah buah per tangkai tak sampai sepuluh butir. Jadi secara kualitatif maupun kuantitatif hasil panen selama delapan bulan itu sangat rendah. Bahkan secara kualitatif, sampai kapan pun biji lengkeng dataran rendah akan tetap besar.
Setelah sekitar 10 tahun menjadi trend nasional, awal dekade 2010 pamor lengkeng dataran rendah mulai surut. Sejak itu posisi lengkeng digantikan oleh leci yang juga diberi embel-embel “dataran rendah”. Memang benar di Vietnam dan Australia pohon-pohon leci di kebun yang terletak di pantai bisa berbuah sangat lebat. Tetapi, posisi kebun leci di Vietnam dan Australia 20° LU/LS, dengan panjang hari pada musim panas selama 15 jam, kelembapan udara sangat rendah. Di Indonesia panjang hari maksimal 12 jam, dengan kelembapan udara tinggi. Hingga promosi “leci dataran rendah” sebenarnya menipu.
Di Indonesia, leci tercatat bisa berbuah dengan cukup lebat hanya di Payangan, Gianyar, Bali. Payangan termasuk dataran tinggi dengan elevasi sekitar 700 – 950 meter dpl. Sejalan dengan pertumbuhan sektor pariwisata di Bali, pohon-pohon leci yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun itu sudah banyak yang ditebang. Di dataran tinggi Bali, leci bisa berbuah karena kelembapan udaranya relatif lebih rendah dibanding kelembapan udara di Jawa pada umumnya. Posisi Payangan di Bali sekitar 8,5° LS. Sedangkan Bandung sekitar 7° LS. Semakin jauh dari katulistiwa, kelembapan udara akan semakin rendah.
Apel Malang
Disebut apel malang karena pada dekade 1970, di Batu, dan Poncokusumo, Kabupaten Malang serta di Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan; para petani mulai membudidayakan apel manalagi dan rome beauty. Pemerintah waktu itu memberlakukan pembatasan impor buah, hingga apel dari tiga sentra di Kabupaten Malang dan Pasuruan itu mendapatkan pasar yang cukup baik. Tiga sentra apel tersebut terletak di dataran tinggi dengan elevasi di atas 1.000 meter dpl. Pada waktu itu Kota Malang dan Kota Batu masih menjadi bagian dari Kabupaten Malang. Dua kota ini baru dimekarkan/dibentuk tahun 2001.
Sedemikian larisnya apel malang, hingga para investor mengembangkannya di hampir semua dataran tinggi di Pulau Jawa, termasuk di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Semua investasi pengembangan budidaya apel di dataran tinggi ini gagal. Tanaman apel itu memang tumbuh subur, tetapi tak mau berbuah. Paling barat, pengembangan apel hanya sukses sampai sekitar Gunung Wilis yang masuk wilayah Kabupaten Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek di Jawa Timur. Itu pun produktivitasnya tak sebagus di Kabupaten Malang dan Pasuruan.
Sama-sama di Kabupaten Malang, produktivitas apel di Batu, tak sebaik di Poncokusumo, karena elevasi Poncokusumo lebih tinggi dari Batu, dan posisinya lebih ke selatan, semakin menjauh dari katulistiwa. Karena posisi lebih ke selatan, agroklimat Poncokusumo lebih kering dibanding Batu. Ketika pada dekade 1980 pembatasan impor buah dicabut pemerintah, apel dari AS dengan kualitas lebih baik, masuk ke Indonesia. Pelan-pelan pamor apel malang yang didominasi varietas rome beauty memudar. Sekarang sangat sulit menemukan apel malang di pasaran.
Dengan demikian jelas bahwa lokasi budidaya apel tidak hanya mensyaratkan elevasi. Di kawasan beriklim empat musim, apel bisa dibudidayakan di dataran rendah bahkan dekat pantai. Karena untuk bisa tumbuh baik dan berbuah, apel memerlukan sinar matahari musim panas 17 jam, dengan kelembapan udara rendah. Secara alamiah, di kawasan empat musim apel akan merontokkan daun pada musim gugur, tumbuh bunga kemudian daun pada musim semi, dan buah masak pada pertengahan musim panas. Di Kabupaten Malang, para petani harus memangkas habis ranting dan daun apel sekitar tiga minggu setelah panen.
Ketika bibit tanaman buah masuk marketplace, penipuan makin marak. Benih lengkeng, leci, dan apel yang diberi predikat “dataran rendah” laris manis. Pemasaran di marketplace cukup menguntungkan para penipu, sebab klaim langsung ke penjual relatif sulit. Lain dengan pembelian langsung di penangkar benih/kios buah. Dari maraknya penjual benih lengkeng, leci dan apel di marketplace, tampaknya benih tiga komoditas buah ini cukup laris. Berarti sudah banyak konsumen yang tertipu. Harga tiga jenis buah ini juga tidak murah. Kisaran angkanya antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 100.000 per polybag. # # #
Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
Foto F. Rahardi.