• KECUBUNG GUNUNG

    by  • 04/07/2023 • Buah, Sayur, Tanaman Hias, PERTANIAN • 0 Comments

    Di Ranu Pani, taman Nasional Bromo Tengger Semeru, banyak tumbuh kecubung gunung (kecubung hutan). Tambahan kata gunung atau hutan dalam nama ini, untuk membedakannya dengan kecubung biasa yang tumbuh di dataran rendah. Sebab kecubung gunung hanya tumbuh di kawasan dataran tinggi.

    Tiba-tiba kecubung gunung yang sebelumnya memenuhi kawasan Ranu Pani ini lenyap. Menurut aparat desa setempat, kecubung gunung itu sengaja dibabat habis karena bunganya sering dipetik mereka yang camping untuk dimasak dengan mi. Yang jadi masalah, setelah menyantap mi dengan bunga kecubung gunung, mereka akan teler. Sama dengan kalau di dataran rendah para remaja menyantap rujak buah kecubung atau kopi biji kecubung. Ini yang menyebabkan aparat desa Ranu Pani sepakat untuk mebabat habis kecubung gunung di sekitar Ranu (danau) Pani, sebelum memakan korban.

    Bunga kecubung gunung bisa menyebabkan teler karena mengandung zat tropane alkaloids. Sama dengan kecubung biasa, zat tropane alkaloids dalam kecubung gunung akan menyebabkan gelisah, hiperaktif, halusinasi, dan gangguan pencernaan. Seluruh bagian tanaman kecubung gunung mengandung zat tropane alkaloids. Tetapi konsentrasi paling banyak ada dalam akar dan buahnya. Zat tropane alkaloids dari akar dan buah kecubung gunung bisa menyebabkan mereka yang mengonsumsinya tewas. Itulah yang menyebabkan aparat desa Ranu Pani melenyapkan seluruh tanaman kecubung gunung di sana.

    Kecubung biasa, Datura metel; dan kecubung gunung Brugmansia suaveolens; sama-sama berasal dari Amerika Tropis. Masuk ke Indonesia karena didatangkan oleh Bangsa Eropa sebagai tanaman hias. Kecubung biasa bisa tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 meter DPL, sedangkan kecubung gunung hanya bisa tumbuh di dataran tinggi 1.000 – 2.000 meter dpl. Kecubung biasa berkembangbiak dengan biji, sedangkan kecubung gunung dengan stek cabang. Meskipun kecubung gunung juga menghasilkan biji. Kecubung gunung juga disebut kecubung hutan karena banyak tumbuh liar di hutan dataran tinggi.

    Selama ini penyalahgunaan bunga kecubung hutan untuk teler, masih belum separah biji kecubung biasa. Buah kecubung biasa segar, biji dan ekstraknya sudah dijual di marketplace dengan harga bervariasi antara Rp 5.000 per buah, Rp 23.000 per 100 gram kering, dan Rp 60.000 per 15 ml minyak biji kecubung. Buah kecubung segar, kering dan minyak kecubung diperdagangkan untuk dicampurkan di makanan burung ocehan, agar mereka “goncor” (rajin berkicau). Tetapi tak pernah ada pengawasan, apakah kecubung ini benar dibeli untuk burung, atau untuk dikonsumsi manusia sebagai sarana teler.

    Sebagai Tanaman Hias

    Kalau kita berwisata ke dataran tinggi Dieng lewat Wonosobo, sepanjang tepi jalan akan tampak bunga berbentuk terompet berwarna oranye. Kadang ada pula yang putih. Kecubung gunung merupakan tumbuhan genus Brugmansia suku terong-terongan, Solanaceae; terdiri dari tujuh spesies dan dua hibrida alam. Yang banyak tumbuh liar di Indonesia Brugmansia arborea (putih), Brugmansia aurea (kuning), Brugmansia × candida (putih), Brugmansia insignis (pink), Brugmansia suaveolens dan Brugmansia versicolor (oranye). Brugmansia rubella (ungu), Brugmansia sanguinea dan Brugmansia vulcanicola (merah) masih sebatas sebagai tanaman hias.

    Dari tujuh spesies dan dua hibrida alam kecubung gunung ini, yang toleran dengan elevasi agar rendah hanya Brugmansia × candida yang berwarna putih. Ditanam pada elevasi sekitar 600 meter dpl. masih mau hidup dan berbunga. Tujuh spesies dan satu hibrida lainnya hanya bisa hidup pada elevasi di atas 800 meter dpl. Beberapa spesies Brugmansia misalnya Brugmansia suaveolens beraroma harum pada malam hari. Mencium aroma harumnya tentu tak akan membuat seseorang teler, seperti kalau mengonsumsi bunganya. Mereka yang tidak tahu, akan memngira bau harum bunga kecubung gunung di kawasan hutan ini sebagai tanda keberadaan hantu.

    Beda dengan kecubung gunung yang hanya bisa dijumpai di kawasan dataran tinggi, kecubung biasa banyak tumbuh di halaman rumah di dataran rendah. Kecubung biasa juga berasal dari Amerika Tropis. Kecubung biasa genus Darura juga anggota suku terong-terongan, Solanaceae; terdiri dari 14 spesies. Tak jelas, dari 14 spesies kecubung biasa itu berapa spesies yang sudah ada di Indonesia. Sebagian dari 14 spesies kecubung biasa itu berbunga warna putih. Hanya spesies Datura quercifolia, yang disebut Chinese Thorn-apple, Oak-leaf Thorn Apple, Oak Leaved Angel’s Trumpet yang berbunga warna ungu.

    Kecubung biasa tak pernah menjadi liar dalam populasi sebanyak kecubung gunung. Populasi kecubung gunung di dataran tinggi di Indonesia sudah sedemikian banyaknya, meskipun belum sampai masuk kategori sebagai tumbuhan invasif. Kecubung gunung berkembangbiak secara vegetativ melaui cabang/rantingnya, juga dengan biji. Cabang kecubung gunung yang patah dan hanyut terbawa arus air, akan tumbuh di tempat lain yang lebih bawah. Sedangkan bijinya yang terlempar dari polong, akan tumbuh di posisi bagian atas. Dengan cara itu kecubung gunung mampu berkembangbiak dengan mudah di hutan.

    Populasi kecubung gunung yang sedemikian banyak ini, perlu dimanfaatkan sebagai bahan pestisida alami. Sudah banyak penelitian dalam Bahasa Inggris tentang potensi tropane alkaloids dalam kecubung gunung sebagai bahan pestisida alami. Yang perlu dilakukan hanya menyelaraskan hasil-hasil penelitian tersebut, dengan jenis tanaman dan serangga hama di Indonesia. Dataran tinggi identik dengan sayuran termasuk kentang. Selama ini harga pestisida pabrikan terlalu tinggi bagi petani, selain bahaya residu yang ditinggalkan. Kecubung gunung bisa menjadi salah satu alternatif pestisida alami. # # #

    Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
    Foto F. Rahardi

    About

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *