PELUANG BUDIDAYA MAURITIUS RASPBERRY
by indrihr • 10/07/2023 • Buah, Sayur, Tanaman Hias, PERTANIAN • 0 Comments
Dekade 1980 Indonesia masih mengimpor stroberi. Sebab buah eksotis ini baru mulai dibudidayakan secara massal untuk tujuan komersial pada dekade 1990. Tetapi di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sudah dijual “stroberi” dalam wadah anyaman bambu kecil berbentuk kotak.
Dari mana para pedagang ini memperoleh stroberi yang saat itu masih diimpor? Ternyata, yang mereka jual bukan stroberi (strawberry, Fragaria × ananassa); melainkan arbei gunung, uncen, ucen, uncen-uncen, ucen-ucen, kecalingan, beberetean, jalanggara dll. nama daerah. Dalam Bahasa Inggris buah arbei gunung disebut raspberry, bramble fruit. Nama botaninya Rubus rosifolius. Para pedagang itu mendapatkan arbei hutan dari kebun teh dan kawasan hutan di sekitar Puncak. Arbei hutan merupakan genus Rubus di kawasan tropis yang sudah bisa hidup dan berbuah di elevasi sekitar 700 meter dpl.
Arbei dalam Bahasa Indonesia merupakan sinonim dari stroberi. Jadi sebutan arbei gunung untuk uncen-uncen sebenarnya tidak tepat. Sebab uncen-uncen bukan arbei (stroberi), genus Fragaria, melainkan rasberi (raspbarry, genus Rubus). Meskipun genus Fragaria dan Rubus masih sama-sama suku mawar-mawaran, Rosaceae. Di Indonesia, khususnya Jawa, paling sedikit terdapat delapan spesies Rubus. Rubus alpestris, Rubus chrysophyllus, Rubus ellipticus, Rubus fraxinifolius, Rubus lineatus, Rubus moluccanus, Rubus pyrifolius dan Rubus rosifolius. Selain Rubus rosifolius, spesies rubus lainnya hanya tumbuh di elevasi paling rendah 2.000 meter dpl.

Yang menjadi pertanyaan, bisakah arbei gunung itu dibudidayakan secara massal di Indonesia? Jawabnya bisa dan pasti lebih mudah serta lebih murah dibanding budidaya stroberi. Spesies Rubus yang paling potensial dibudidayakan di Indonesia pasti Rubus rosifolius. Sebab hanya spesies inilah yang mampu tumbuh dan berbuah pada elevasi di bawah 1.000 meter dpl. Kelemahan Rubus rosifolius, rongga bagian dalam buahnya sangat besar. Memang bisa dicari kultivar Rubus rosifolius dengan buah yang lebih padat, kemudian diperbanyak secara vegetatif. Tetapi itu memerlukan waktu sangat lama dengan biaya besar.
Kemungkinan lain membudidayakan Rubus lineatus, dengan rongga bagian dalam buah relatif kecil, hingga bagian padat daging buah cukup besar. Produktivitas Rubus lineatus juga lebih tinggi dibanding Rubus rosifolius. Kelemahannya, Rubus lineatus hanya mau tumbuh pada elevasi lebih paling rendah 2.000 meter dpl. Di tepi Alun-alun Suryakencana, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Rubus lineatus tumbuh sangat subur dengan buah yang lebat. Harap maklum, elevasi Alun-alun Suryakencana 2.750 meter dpl. Di Indonesia, kawasan setinggi ini yang dihuni manusia hanya ada di Papua.
Rasberi Mauritius
Di dunia modern, rasberi sudah dibudidayakan secara massal untuk tujuan komersial. Spesies yang banyak dibudidayakan antara lain: Rubus crataegifolius (rasberi Asia), Rubus gunnianus (Rasberi Tasmania), Rubus idaeus (rasberi merah, rasberi Eropa), Rubus leucodermis (rasberi biru), Rubus occidentalis (rasberi hitam), Rubus parvifolius (Rasberi Australia), Rubus phoenicolasius (rasberi wine), Rubus rosifolius (rasberi Mauritius), Rubus strigosus (rasberi Amerika), Rubus ellipticus (rasberi Himalaya, rasberi kuning), Rubus deliciosus (rasberi batu besar), Rubus odoratus (rasberi bunga), Rubus nivalis (rasberi salju).
Dari daftar rasberi yang banyak dibudidayakan di dunia, ternyata arbei hutan kita, Rubus rosifolius termasuk salah satunya. Arbei hutan kita yang sampai sekarang masih banyak dijual di tempat wisata kawasan pegunungan itu, di pasar internasional disebut rasberi Mauritius. Sebab rasberi ini banyak dibudidayakan di Mauritius, sebuah negara kepulauan di barat daya Samudra Hindia, bekas jajahan Inggris dan Prancis. Mauritius berpeluang membudidayakan arbei hutan kita di elevasi rendah, bahkan dekat pantai, karena berposisi di 20º Lintang Selatan, hingga sudah mendekati subtropis. Jadi sebenarnya kita tidak perlu malu dan rendah diri dengan menyebut ucen-ucen itu sebagai arbei gunung.
Mestinya arbei gunung itu dibudidayakan secara massal dikemas rapi dan dipasarkan sebagai Rasberi Mauritius. Kalau mau keren memakai Bahasa Inggris, arbei gunung itu bisa diberi label Mauritius Raspberry. Itu tidak menipu sebab dalam perdagangan dunia, rasberi si arbei gunung itu disebut Mauritius Raspberry. Di Jawa masih banyak kawasan hutan milik Perum Perhutani yang dibuka masyarakat untuk ditanami sayuran dataran tinggi. Lahan-lahan ini bisa dimanfaatkan untuk budidaya arbei gunung yang dikemas dengan nama baru: Mauritius Raspberry. Kadang kemasan dan nama baru memang penting untuk strategi pemasaran.
Iles-iles yang sudah dibudidayakan di hutan jati sejak Zaman Belanda, tiba-tiba naik daun dengan nama porang dan menjadi euforia di kalangan para investor sebelum pandemi. Kimpul plecet yang asli sini itu menjadi top markotop setelah bermigrasi ke Jepang ribuan tahun silam dan kembali di introduksi ke Indonesia tahun 2005 dengan nama baru: satoimo. Di kawasan Wisata Bandungan dan Gua Maria Kerep, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah; kimpul plecet ini dijual sebagai kimpul ketan. Memang sudah nama baru, tetapi tak akan sekuat seandainya si kimpul plecet itu bernama satoimo.
Peluang-peluang seperti ini sebenarnya selalu ada. Hanya memerlukan inovator-inovator, yang sayangnya di negeri ini tidak mudah untuk bisa muncul. Yang ada hanya para spekulan penangguk keuntungan sesaat seperti halnya pada komoditas porang. Ada lagi saninten, berangan, sarangan, Castanopsis argentea yang di pasar dunia dikenal sebagai chesnut. Di sini chesnut yang banyak tumbuh liar di hutan itu masih disia-siakan. Perum Perhutani pun tak tahu bahwa sarangan, berangan, saninten yang ada di lahan hutan mereka merupakan komoditas mahal di pasar dunia. # # #
Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
Foto F. Rahardi