• KAWISTA BUAH KHAS DARI REMBANG

    by  • 19/09/2023 • Buah, Sayur, Tanaman Hias, PERTANIAN • 0 Comments

    “Kalau ke Rembang jangan lupa saya dibelikan oleh-oleh sirup kawista. Sokur kalau pas ada buahnya bawain sekalian.” Itulah pesan dari teman-teman penggemar buah kawista, wood-apple, elephant-apple, monkey fruit, Limonia acidissima; setiap kali tahu ada orang yang akan ke Rembang.

    Kawista berasal dari India. Tanaman ini masuk ke Indonesia dibawa para pedagang yang membeli rempah-rempah dari Pulau Jawa, khususnya cengkih dan pala dari Kepulauan Maluku. Ada beberapa versi cerita masuknya kawista ke Pulau Jawa. Pertama, para pedagang itu membawa bekal buah kawista selama pelayaran mereka dari India ke Pulau Jawa. Sesampai di Jawa biji kawista yang ada di kapal mereka buang ke pantai dan tumbuh. Kawista memang berhabitat tanah pasir di pantai dengan udara panas dan sinar matahari penuh. Rembang berada di pantai dengan lahan pasir dan berudara panas hingga cocok untuk kawista.

    Versi kedua para pedagang India itu memang sengaja membawa bibit kawista untuk ditanam di Pulau Jawa. Sebab pelayaran dari India ke pulau Jawa pada waktu itu memakan waktu satu sampai tiga bulan. Mereka berangkat bulan Oktober atau November bertepatan dengan awal angin barat. Tiba di pulau Jawa antara Desember atau Januari. Para pedagang itu akan tinggal di Pulau Jawa menunggu datangnya angin selatan untuk pulang ke India membawa rempah-rempah terutama cengkih dan pala. Selama menunggu itu mereka ingin minum kawista. Itulah sebabnya mereka sengaja membawa tanaman kawista dari India.

    Para pedagang itu tak hanya membawa kawista tetapi juga tanaman-tanaman lain yang bisa dibudidayakan di Pulau Jawa. Misalnya jati, teak wood, Tectona grandis. Suatu saat kapal dagang itu di hadang badai. Tiang layar utama kapal itu patah. Di Pulau Jawa mereka mencari-cari kayu yang berkualitas sama dengan kayu tiang layar itu, tetapi tidak pernah ketemu. Maka tahun berikutnya mereka membawa bibit jati. Sejak itu apabila ada komponen kapal mereka yang rusak, sudah siap kayu jati berkualitas untuk mengganti tiang layar atau bagian lain yang rusak. Kualitas kayu jati di Jawa ternyata lebih baik dari yang tumbuh di India.

    Maja, bael, stone apple, Aegle marmelos; juga dibawa para pedagang itu ke Pulau Jawa. Maja masih sama-sama suku jeruk-jerukan Rutaceae dengan kawista. Beda dengan kawista yang rentan dengan habitat baru, maja dengan cepat menyebar dan tumbuh liar di mana-mana terutama di kawasan kering. Ketika Raden Wijaya dengan bantuan orang-orang Madura membuka hutan Tanah Terik untuk membuat pemukiman baru, para pekerja itu makan buah maja ini dan berasa pahit. Hingga pemukiman itu kemudian diberi nama Majapahit dan berkembang menjadi sebuah kerajaan besar.

    Rentan Ganoderma

    Lain dengan maja yang bandel dan dengan cepat tumbuh liar di mana-mana. Kawista lebih menuntut tanah serta agroklimat tertentu. Itulah sebabnya sentra kawista hanya bisa dijumpai di Aceh, Rembang, Madura dan Sumbawa. Ditanam di kawasan lain agak sulit untuk bisa hidup. Pertumbuhan kawista juga sangat lamban. Umur 10 tahun baru bisa tumbuh tak sampai lima meter. Kawista juga rentan serangan jamur ganoderma. Satu blok tanaman kawista berisi belasan pohon di Taman Buah Mekarsari punah karena serangan jamur ganoderma. Tampaknya kawista justru akan sehat apabila berada di lahan yang tak terlalu subur.

    Di kompleks perumahan Taman Duta, Cimanggis, Depok, ada pemilik rumah yang menanam kawista dalam pot dan berbuah lebat. Kawista dalam pot itu sudah berumur puluhan tahun dan ditaruh di trotoar di depan rumah si pemilik. Tiap hari kawista dalam pot itu terpapar sinar matahari penuh selama 12 jam. Kadang di alam kita jumpai pohon kawista liar yang tumbuh di lahan yang sangat gersang dengan curah hujan rendah. Sama dengan maja, kawista juga hanya akan tumbuh berupa perdu setinggi tak sampai 10 meter. Kawista buah non klimaterik yang tak bisa diperam. Jadi harus ditunggu buahnya jatuh karena tua/masak pohon.

    Di Bima, NTB, kawista mengkal dengan daging buah masih berwarna putih dikonsumsi sebagai rujak. Lain dengan di Rembang. Di sini kawista masak dengan daging buah cokelat dikonsumsi sebagai minuman. Caranya, buah kawista dipecahkan, daging buah diambil, dicampur gula diberi air dan es. Rasa es buah kawista mirip dengan es buah maja. Bedanya hanya pada warna dan aroma. Es buah kawista berwarna kecoklatan, es buah maja berwarna kuning. Aroma dua jenis buah ini juga berbeda meskipun keduanya masih suku jeruk-jerukan. Di India kawista dan maja sama-sama dibudidayakan secara massal/komersial untuk minuman.

    Di Rembang kawista bernilai ekonomis. Pemilik pohon kawista akan mengumpulkan buah yang jatuh lalu menjualnya ke pasar, atau menunggu pedagang pengumpul datang. Masyarakat Rembang menyukai es buah kawista. Dampaknya masyarakat di luar Rembang juga mulai menyukai buah ini. Hingga di Rembang ada produsen sirup kawista. Meskipun rasa sirup dalam botol beling ini agak beda dengan rasa minuman kawista asli. Tentu lebih enak kawista asli. Tetapi sirup kawista Rembang ini tetap punya pasar tersendiri, terutama untuk oleh-oleh mereka yang berkunjung ke Rembang.

    Yang menggembirakan, buah dan bibit kawista sudah bisa didapatkan dengan mudah di marketplace. Harganya juga hanya sekitar Rp 20.000 per kilogram. Harga bibit sekitar Rp 30.000 per polybag. Ini benar-benar buah dan bibit kawista. Lain dengan maja. Meskipun kita sudah mengetik maja bael, tetap saja yang ditawarkan di marketplace maja berenuk. Maja (majapahit), maja bael itu buah asli India yang sudah tumbuh liar di sini sejak zaman Hindu. Maja berenuk tumbuhan Amerika Latin yang dibawa ke sini oleh Bangsa Eropa. Jadi kalau kita mau beli kawista di marketplace tak akan keliru seperti beli maja. # # #

    Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
    Foto F. Rahardi

    About

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *