KAPUK RANDU DAN RANDU ALAS
by indrihr • 16/10/2023 • Perkebunan, PERTANIAN • 0 Comments
Kapuk randu, Ceiba pentandra berasal dari Amerika Tengah, Kepulauan Karibia dan Amerika Selatan. Tetapi sejak FAO menyajikan data produksi pertanian dan peternakan pada tahun 1961, penghasil kapuk dunia hanya tercatat Indonesia dan Thailand.
Tahun 1961 produksi kapuk Indonesia 90.000 ton dan Thailand 108.180 ton. Produksi kapuk kita di bawah Thailand. Tahun 1965 produksi kapuk kita turun jadi 89.200 ton, Thailand naik menjadi 140.300 ton. Tahun 1970 kita naik jadi 91.800 ton, Thailand 131.520 ton. Lima tahun kemudian 1975 kita turun lagi jadi 85.600 ton, sedangkan Thailand naik jadi 146.050 ton. Sejak 1980 produksi kapuk randu kita melambung jadi 123.000 ton, sedangkan Thailand turun ke angka 102.425 ton. Sejak itu Indonesia bisa mengembalikan kejayaan “Java Kapok” era Hindia Belanda. Produksi kapuk Thailand selalu di bawah Indonesia.
Sejak 1980 produksi kapuk dua negara ini juga terus naik, meskipun ada pesaing serat dan busa sintetis dari poliester. Data FAO tahun 2021 produksi kapuk Indonesia 195.456,87 ton dan Thailand 85.514,07 ton. Produksi kapuk kita 2021 naik lebih dari 200% dibanding produksi tahun 1961. Sedangkan produksi kapuk Thailand 2021 turun 20,95% dibanding produksi mereka pada tahun 1961. Hingga pendapat bahwa kapuk randu merupakan komoditas masa lalu yang sekarang terlupakan, hanya berupa asumsi. Faktanya produksi kapuk kita justru meningkat lebih dari 200% dibanding tahun 1961.
Selain produktivitas yang meningkat, “martabat” kapuk randu juga naik. Dulu kapuk hanya untuk bantal bagi semua lapisan masyarakat, dan kasur bagi kaum bangsawan serta para saudagar. Sebab rakyat tidur di amben (balai-balai) bambu. Disebut balai-balai bambu karena kecuali tiang balai-balai, semua terbuat dari bambu. Mulai dari waton, bambu utuh yang melintang dan membujur sebagai penyangga balai-balai. Galur, bambu dibelah separo sebagai penyangga antar waton. Dan galar, bambu yang dicincang, dibuka dan dipres hingga berbentuk seperti papan. Di atas galar ini dibentangkan tikar.

Sejak adanya industri poliester dan busa sintetis dari bahan minyak bumi pada dekade 1980an, pelan-pelan kasur dari bahan kapuk randu tersisih. Terlebih setelah adanya industri kasur pegas (spring bed). Sekarang rakyat juga tidur di atas kasur busa sintetis. Tetapi mengapa produksi kapuk nasional justru naik? Karena bantal dan kasur kapuk tetap punya pasar tersendiri. Selain itu kapuk juga diperlukan dalam industri matras, pelapis jas untuk musim dingin, peredam suara dalam sound sistem dan ruang audio. Hingga kebutuhan serat kapuk justru terus naik. Harganya pun ikut naik karena permintaan selalu lebih tinggi dari pasokan.
Beda dengan Randu Alas
Kapuk randu, Ceiba pentandra merupakan salah satu dari 19 spesies dalam genus Ceiba, suku kapas-kapasan, Malvaceae. Ke 19 spesies dalam genus Ceiba semua berasal dari Amerika Tengah, Kepulauan Karibia dan kawasan tropis Amerika Selatan. Masuk ke kepulauan Nusantara karena dibawa oleh Bangsa Eropa paling cepat pada abad 17. Yang jadi pertanyaan, pada zaman Majapahit, bantal dan kasur para raja terbuat dari apa? Sebelum ada kapuk, bantal untuk rakyat terbuat dari serat sabut kelapa, rumput atau jerami kering. Para raja dibuatkan bantal dari kapuk randu alas, yang tumbuh liar di Pulau Jawa.
Genus Bombax suku Kapas-kapasan, Malvaceae; terdiri dari delapan spesies. Dari delapan spesies genus Bombax, dua spesies Bombax ceiba dan Bombax anceps tumbuh di Pulau Jawa. Bombax ceiba berbunga merah, Bombax anceps berbunga putih. Biji dalam buah dua spesies randu alas ini dibungkus serat kapuk. Kalau sudah tua kulit buah akan mengering dan pecah hingga saat panas terik dan ada angin biji dengan balutan serat kapuk itu akan terbang ke mana-mana agar bisa tumbuh jauh dari induknya. Enam spesies lain dalam genus Bombax endemik India, Indochina, China, Filipina dan Afrika.
Masyarakat sering bingung membedakan kapuk randu dengan randu alas. Bahkan banyak yang mengira randu alas sama dengan kapuk randu. Bedanya randu alas tumbuh liar di hutan, sedangkan kapuk randu sudah dibudidayakan manusia. Padahal randu alas dan kapuk randu dua genus berbeda meskipun masih sama-sama suku kapas-kapasan, Malvaceae. Juga sama-sama menghasilkan serat kapuk dalam buahnya. Masyarakat bingung membedakannya sebab dua-duanya bernama randu, bahkan nama botaninya pun sama-sama ada ceibanya. Kapuk randu Ceiba pentandra, randu alas Bombax ceiba.
Sebenarnya kapuk randu yang ada di Indonesia bukan hanya Ceiba pentandra. Sebab batang Ceiba pentandra halus tak berduri. Tetapi kadang bisa dijumpai kapuk randu dengan batang penuh duri, dengan buah lebih pendek dan lebih bulat. Kemungkinan itu Ceiba aesculifolia atau salah satu dari spesies Ceiba lainnya. Banyak yang menduga kapuk randu dengan banyak duri dan buahnya lebih bulat itu randu alas. Padahal bukan. Untuk membedakannya bisa dilihat bunganya. Bunga randu alas berbentuk mirip dengan bola bulu tangkis (shuttlecock).
Masyarakat juga menganggap bunga randu alas ada yang merah, putih dan kuning. Padahal itu beda spesies. Yang merah Bombax ceiba, yang putih Bombax anceps dan yang kuning Bombax costatum dari Afrika. Randu alas di trotoar depan Museum Affandi di Yogyakarta bukan Bombax ceiba melainkan Bombax costatum. Selain serat, kapuk randu dan randu alas juga menghasilkan biji (klenteng) untuk diambil minyaknya. Belakangan kapuk randu dan randu alas juga sumber madu paling potensial untuk dipanen menggunakan lebah madu Apis mellifera. Sentra kapuk randu selalu menjadi incaran penggembala lebah. # # #
Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
Foto F. Rahardi