• GETAH KITOLOD UNTUK OBAT MATA?

    by  • 15/09/2025 • Uncategory • 0 Comments

    Kata teman-teman getah kitolod dengan bunga putih itu mujarab untuk obat mata. Benarkah informasi ini dan bagaimanakah cara penggunaannya? Dengan diteteskan atau ada cara lain? Apakah ada efek sampingnya? (Yohana, Pekanbaru).

    Sdri. Yohana. Jangan sekali-sekali meneteskan getah kitolot ke mata. Efeknya justru bisa buta. Jangankan mata, getah kitolod yang mengenai kulit, akan menimbulkan iritasi (luka). Itu karena dalam getah kitolod terkandung dua alkaloid piridin, yakni lobeline dan nikotin. Nikotin dan lobeline berefek psikoaktif yakni pusing, muntah, gemetar sampai kelumpuhan otot pada dosis tinggi. Terhadap kulit pun getah kitolod bisa menimbulkan luka, apalagi diteteskan ke mata.

    Sakit mata, sama dengan jenis penyakit lain, sangat banyak variasinya. Bisa karena inveksi, bisa karena kerusakan retina dll. Pandangan kabur bisa disebabkan rabun jauh dan rabun dekat. Solusinya penggunaan kacamata, atau kontak lens plus atau minus. Bisa juga dikoreksi melalui operasi. Karenanya gangguan mata sekecil apa pun harus ditangani oleh dokter spesialis mata. Hindarkan mengobati mata dengan apa pun tanpa konsultasi ke dokter spesialis mata, apalagi meneteskan getah kitolod.

    Dari sejak zaman analog, banyak sekali informasi salah tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional yang sebenarnya justru sangat berbahaya bagi penggunanya. Misalnya minum rebusan daun salam atau menelan biji mahoni untuk menurunkan kadar gula darah. Dampaknya kadar gula darah bisa turun drastis dan membahayakan dirinya. Sebab penderita diabetes lebih banyak yang meninggal saat kadar gula darah turun dibanding ketika gula darah naik. Maka solusi paling tepat memang konsultasi ke dokter.

    Selama ini obat tradisional dianggap aman dari efek samping dibanding obat modern. Bahkan ada anggapan bahwa obat-obatan modern yang terbuat dari bahan kimia merupakan racun, sedangkan obat-obatan tradisional berbahan alami lebih aman. Anggapan ini keliru sebab sebagian besar obat-obatan modern juga diekstrak dari bahan tumbuh-tumbuhan. Dikotomi kimia dan alami juga tidak tepat, sebab tubuh makluk hidup memang hanya bisa menyerap zat kimia dan bukan bahan organik.

    Proses pembuatan obat modern juga dimulai dengan penelitian terhadap obat tradisional. Misalnya obat malaria dari kulit batang pohon kina. Masyarakat Inca yang terserang demam malaria, minum rebusan kulit batang pohon kina dan sembuh. Maka ditelitilah kandungan kulit batang pohon kina itu. Ternyata dalam kulit batang pohon kina terkandung alkaloid kuinina yang bisa membunuh plasmodium penyebab sakit malaria. Maka diekstraklah kulit batang kina hingga terkumpul zat alkaloid kuinina.

    Dengan bahan ekstraksi, obat modern bisa diukur tingkat efektivitas dan efisiensinya, serta batas aman untuk tubuh seseorang dengan mempertimbangkan umur dan berat badan. Dalam obat tradisional hal-hal seperti itu tidak termonitor dengan akurat. Hingga efektivitas, efisiensi serta keamanan pengguna terabaikan. Dampaknya obat tradisional bisa tidak efektif, atau malahan over dosis hingga membahayakan pasien. Hal-hal seperti inilah yang tak diketahui sebagian besar masyarakat.

    Kembali ke gulma kitolod, sebenarnya lebih tepat dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan bukan untuk obat. Sebab bentuk daun maupun bunga kitolod cukup indah sebagai tanaman hias. Tetapi masyarakat kita jarang yang memperhatikan kitolod, hingga tanaman ini tumbuh liar di mana-mana sebagai gulma (tumbuhan pengganggu). Terutama di tebing selokan, pematang sawah dan tempat-tempat lain yang selalu basah sepanjang tahun. Gulma kitolod termasuk bandel hingga mudah sekali tumbuh di banyak tempat.

    Kitolod juga disebut ki koréjat, daun kendali, madamfate, Hippobroma longiflora; suku kembang bakung, Campanulaceae. Kitolod merupakan gulma pendatang, habitat aslinya Jamaika di Laut Karibia. Sejak kedatangan Bangsa Eropa di Benua Amerika, kitolod ikut menyebar ke seluruh dunia termasuk ke kepulauan Nusantara hingga menjadi gulma. Meskipun kitolod tidak invasif seperti halnya gulma kirinyuh, Austroeupatorium inulifolium yang juga berasal dari Benua Amerika dan demikian invasifnya hingga menjadi gulma yang sangat dominan di kawasan pegunungan di Indonesia. # # #

    Artikel pernah dimuat di Kontan Pagi

    About

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *