WRESAH DI MARKETPLACE
by indrihr • 28/10/2025 • Uncategory • 0 Comments
Nama lainnya resah, renggak, ranggasa, hargasa, hangasa. Bahasa Inggrisnya great-winged cardamom, nama botaninya Amomum maximum. Di marketplace Indonesia buah wresah masak ditawarkan seharga Rp30.000 per 250 gram sampai Rp348.000 per kilogram.
Kadang buah wresah ditawarkan sebagai “herbal buah renggak” atau buah langka. Dulu, wresah menjadi rebutan anak-anak. Mereka tahu di mana ada buah wresah yang sudah masak. Wresah masak ditandai dengan mudahnya diambil (dipatahkan) dari tangkai dompolan dan mudah dibuka. Kalau masih kuat menempel di tangkai buah, berarti masih mentah. Wresah yang sudah masak hanya disentuh pelan pun sudah akan lepas dari tangkainya. Kemudian buah itu juga mudah sekali dibuka untuk diambil bijinya. Biji yang dibalut pulp itulah yang dimakan seperti halnya makan markisa konyal. Rasanya manis masam dan harum.

Anak-anak menyukai wresah terutama karena sensasi aroma dan rasa manis khas yang hanya terdapat pada buah ini. Buah kapulaga Jawa, Java cardamom, round cardamom, Wurfbainia compacta; juga mirip dengan wresah. Tetapi pulp buahnya lebih tipis dan aromanya tidak seharum aroma wresah. Anak-anak yang “berburu” wresah pada dekade 1970 dan 1980 itu, banyak yang kemudian bermigrasi dan tinggal di kota besar. Pada era digital sekarang ini mereka bisa kembali merasakan sensasi rasa wresah dengan berburu di marketplace. Itulah yang membuat wresah, makanan anak-anak kampung itu dipasarkan secara online.
Di lain pihak, generasi yang lahir lebih kemudian di kota besar, yang sejak usia dini sudah akrab dengan dunia digital, sering ingin mencoba hal-hal baru yang menurut mereka unik. Termasuk mencoba mencicipi makanan-makanan yang mereka kenal lewat dunia digital. Hingga daun sembukan, daun reundeu, umbi gembili dll. mereka beli secara online, dan mereka cicipi. Wresah pun mereka kenal bukan dari orang tua mereka melainkan dari dunia digital. Bisa dari media sosial, bisa dari situs-situs yang memperkenalkan bahan makanan tradisional yang tersisih oleh makanan-makanan modern.
Fenomena ini merupakan perubahan pewarisan dan pelestarian makanan tradisional dari generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda. Seorang ibu kaget ketika anaknya tiba-tiba memasak sayur glewo yang biasa dimasak oleh neneknya (nenek buyut anaknya). “Lho kamu tahu dari mana resep sayur glewo itu?” Tanya sang ibu. “Ya dari googlinglah Bu!” Padahal ia sendiri tak pernah tertarik mencobanya karena menurutnya itu sangat jadul. Generasi digital tak bisa didikte oleh orang tuanya karena mereka bisa belajar dari youtube tanpa kendala bahasa. Hingga buah seperti wresah pun bisa dikenal oleh siapa pun di seluruh dunia.
Sebagai Sayuran
Di Jawa Barat dan Banten, wresah yang disebut hangasa dipanen muda untuk sayuran. Bisa dimasak sebagai sayuran, untuk lalap setelah dikukus, atau bisa juga hanya dicampurkan sebagai bumbu. Selain buah mudanya, rebung hangasa juga sering dipanen untuk dijadikan sayuran, sebagai lalap atau untuk bumbu. Aroma buah hangasa muda dan rebungnya berbeda dengan aroma kecombrang dan temu kunci, yang sudah lebih familier di kalangan masyarakat Indonesia. Hangasa sebagai bahan pangan (buah/sayuran) maupun bumbu memang belum terlalu familier di Indonesia. Bahkan banyak yang tidak tahu hangasa.
Wresah tumbuh di dataran rendah sampai menengah. Mulai dari elevasi 0 meter dpl. sampai dengan elevasi 800 meter dpl. Di atas 800 meter wresah sudah sulit untuk beradaptasi dengan suhu udara dingin. Meskipun berhabitat dataran rendah sampai menengah dan terbukti laku dipasarkan di marketplace, sampai sekarang belum ada petani yang membudidayakannya secara komersial dan monokultur. Suplai untuk pasar marketplace sampai sekarang masih didapat dari tanaman di sela-sela tegakan tanaman lain. Di lokasi wisata misalnya di jalur Puncak juga belum dijumpai penjual buah wresah.
Ukuran buah wresah sangat kecil. Panjang hanya sekitar dua sentimeter, diameter 1,5 sentimeter. Tumbuh berupa dompolan dalam tangkai buah. Kulit buah berwarna hijau muda dan coklat kemerahan. Bunga wresah berwarna putih dan mekar hanya satu hari. Setelah terpolinasi oleh serangga mahkota bunga akan layu. Bunga wresah muncul silih bergantian dalam satu rumpun tanaman. Biasanya bunga akan mulai muncul pada awal musim penghujan dan berhenti menjelang musim kemarau. Hingga buah bisa dipanen sejak awal sampai dengan pertengahan musim kemarau. Setelah itu tanaman akan mengalami masa dorman (istirahat).
Batang wresah berupa rimpang di dalam tanah. Sedangkan batang semu yang di atas permukaan tanah, sebenarnya pelepah daun yang saling menangkup; sama dengan pisang, dan tanaman empon-empon pada umumnya. Tinggi tanaman dua sampai empat meter. Batang semu wresah tampak cukup mencolok dari kejauhan karena berukuran besar, warna putih kekuningan, bersih dan mengkilap. Daun wresah berbentuk lanset, panjang 30 sampai 90 sentimeter, lebar 10 sampai 20 sentimeter. Sama seperti lengkuas, kecombrang dan kapulaga; wresah juga membentuk rumpun dengan lima sampai dengan 10 batang semu.
Wresah hidup di dataran rendah sampai menengah beragroklimat basah. Habitat aslinya tersebar dari Asia Selatan, Asia Tenggara, bagian selatan China. Meski bisa diperbanyak dengan biji, tetapi petani lebih senang menanam wresah dari bibit pecahan rumpun. Paling sedikit tiap pecahan terdiri dari dua batang semu. Perbanyakan tanaman dari biji memerlukan waktu paling sedikit tiga tahun untuk berbuah. Sedangkan perbanyakan dengan pecahan rumpun, akan langsung berbuah pada tahun berikutnya. Selain menawarkan buah, marketplace juga menjual bibit tanaman dengan harga Rp15.000 sampai Rp20.000 per tanaman. # # #
Artikel pernah dimuat di Tabloid Kontan
Foto F. Rahardi
