ELEMEN TAMAN DAN BAHAN PANGAN DARI GAYAM
by indrihr • 09/10/2013 • Pangan, PERTANIAN • 0 Comments
Di depan Bandara Adisucipto, Yogyakarta, berderet pohon gayam (Inocarpus fagifer). Di beberapa bangunan dan jalan di DIY, pohon gayam merupakan peneduh sekaligus elemen taman. Pohon gayam juga bisa dilihat antara lain di Taman Monas (DKI), Taman Wisata Mekarsari, dan Kebun Raya Bogor (Jawa Barat).
Batang, bentuk tajuk, dan daun gayam memang menarik sebagai peneduh sekaligus elemen taman. Padahal gayam juga pohon penghasil pangan. Gayam juga dikenal sebagai Tahitian Chestnut, dan Polynesian Chestnut. Gayam memang berhabitat asli Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Diintroduksi ke Tahiti, di Laut Karibia, setelah abad ke 16. Di Indonesia, Tahitian Chestnut ini antara lain dijual di kios oleh-oleh di stasiun kereta api Nganjuk, Jombang, Tulungagung dan Kediri, di Jawa Timur. Bentuknya stick seperti halnya snack dari talas. Tapi berukuran lebih pendek dengan potongan tidak terlalu rapi. Rasa snack ini renyah dan gurih sangat khas. Harganya relatif murah, yakni hanya Rp 2.000,- sd. Rp 3.000,- per kemasan kecil berisi 1 ons. Snack tadi berasal dari biji Gayam yang digoreng minyak atau disangrai.
Buah gayam sendiri berbentuk elips (pipih), dengan bagian tangkai agak rata atau melengkung ke dalam. Diameter buah 10 cm. dengan ketebalan 4 cm. Warna kulit gayam hijau ketika muda dan berubah menjadi kuning kecokelatan setelah tua. Gayam berkulit sangat liat, mirip sabut kelapa tetapi padat. Untuk mendapatkan bijinya, kulit liat ini harus dibelah dengan golok yang tajam. Biji gayam mentah berwarna putih, dengan kulit biji cokelat terang. Bentuk biji gayam juga elips, pipih tetapi dengan permukaan yang menggelombang dengan alur-alur seperti berurat. Biji inilah yang kemudian dipotong-potong menjadi stick dan digoreng atau disangrai. Selain dijadikan snack, gayam juga bisa dikonsumsi dengan direbus biasa. Rasa gayam rebus juga sangat khas. Keras tetapi tidak liat. Orang Jawa menyebut tekstur biji gayam ini sebagai “gempi”. Hingga ubi atau singkong yang bertekstur seperti ini sering disebut sebagai “nggayam”.
# # #
Penggembala ternak, sering mencari gayam untuk dibakar, berikut kulitnya. Selang 10 sd. 15 menit, buah gayam yang hangus itu diambil, dibelah dan bijinya telah masak. Rasa gayam bakar lebih lezat daripada stick yang disangrai, digoreng maupun biji gayam yang direbus atau dikukus. Lebih-lebih apabila biji gayam bakar ini dimakan dalam keadaan masih panas, maka kelezatannya akan makin terasa. Aroma gayam sangat khas hingga sulit untuk dibandingkan dengan biji atau umbi-umbian lainnya. Demikian pula tingkat kegurihannya. Tanaman gayam merupakan pohon besar setinggi 30 sd. 40 m. Diameter pangkal batangnya bisa mencapai 1,5 m. Kulit batang gayam berwarna cokelat gelap kehijauan. Batang gayam tidak pernah rata melainkan selalu beralur dan bergelombang.
Bagian pangkal batang biasanya membentuk akar papan. Karena permukaan batang yang tidak pernah rata, maka kayu gayam tidak bisa dijadikan bahan bangunan atau perabotan. Kayunya sendiri juga tidak keras tetapi liat. Masyarakat hanya memanfaatkan batang dan dahan gayam sebagai kayu bakar. Daun gayam berbentuk elips memanjang. Panjang daun 25 cm. dengan lebar 10 cm. Daun gayam tebal berwarna hijau gelap dan permukaannya menggelombang. Tajuk gayam sangat rapat dan tidak beraturan, namun mengarah ke bentuk memanjang ke atas. Bunga gayam berukuran kecil dengan kelopak putih dan tumbuh di ketiak daun pada ujung ranting. Gayam tidak mengenal musim, hingga buahnya bisa dijumpai sepanjang tahun secara terus-menerus. Namun bunga terbanyak akan tumbuh pada awal musim kemarau dan buahnya akan tua pada awal musim penghujan. Buah yang telah masak akan berjatuhan. Tupai sangat menyenangi buah gayam. Hingga banyak buah yang berjatuhan sudah dalam keadaan kosong karena bijinya sudah habis dimakan tupai.
Tanaman gayam mulai berbuah pada umur 6 sd. 8 tahun. Namun hasil optimal baru akan dicapai pada umur di atas 20 tahun. Pada umur di atas 20 tahun, tanaman mampu memproduksi buah utuh sekitar 500 kg. dalam setahun. Jumlah ini setara dengan 300 kg. biji gayam bersih. Pemanenan gayam sebenarnya tidak perlu menunggu sampai buahnya berjatuhan. Caranya cukup dipanjat, buah yang telah tampak menguning disodok atau dikait dengan galah dan dibiarkan berjatuhan. Buah gayam tahan benturan, hingga buah-buah yang berjatuhan itu tetap akan utuh bijinya, meskipun kulit buahnya memar dan lecet-lecet. Buah yang telah dipanen bisa disimpan sampai berhari-hari bahkan minggu-minggu tanpa mengalami kerusakan. Gayam adalah tanaman asli Indonesia, dengan sebaran mulai dari Asia Tenggara, sampai Pasifik Barat.
# # #
Habitat gayam dataran rendah sampai menengah (0 sd. 600 m. dpl.) dengan curah hujan tinggi. Tanaman ini paling menyukai tempat tumbuh tanah berawa-rawa atau pinggiran sungai. Buah tua yang jatuh akan mengapung di air lalu terbawa hanyut ke arah seberang rawa atau ke arah hulu sungai. Setelah lama terendam air dan terdampar di pinggir perairan, biji gayam akan tumbuh. Karenanya sering dijumpai koloni pohon gayam yang terdiri dari puluhan batang tanaman di pinggiran rawa atau sungai. Melihat sifat-sifatnya, gayam cocok untuk dimanfaatkan sebagai
tanaman penghijauan di pinggiran waduk, danau atau rawa. Sebab tajuknya yang rapat dan perakarannya yang kuat akan mampu menahan top soil dari kemungkinan erosi. Dengan memanfaatkan gayam sebagai sabuk hijau di waduk-waduk, maka lumpur yang terbawa aliran air hujan akan bisa tertahan oleh tanaman gayam. Karena kayunya tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan daunnya juga tidak bisa untuk pakan ternak, maka gayam akan aman dari penjarahan.
Sifat-sifat tersebut membuat tanaman ini berpeluang untuk menghutankan pinggiran waduk secara permanen. Lebih-lebih tanaman ini cukup kuat dan bisa berumur sampai ratusan tahun. Gayam hanya berkembangbiak secara generatif dari biji. Buah gayam yang telah tua, baik yang telah berjatuhan atau yang dipanen dari pohon, terlebih dahulu harus direndam air. Perendaman dilakukan selama 1 bulan. Selanjutnya biji disemai dalam keranjang atau kotak kayu berisi pasir. Penyemaian dilakukan dengan bersap-sap. Satu sap pasir diberi buah gayam yang telah direndam, diberi pasir lagi dan seterusnya. Dalam satu keranjang bisa disemai beberapa sap biji gayam. Penyemaian dilakukan selama sekitar 3 bulan dan tiap hari harus selalu disiram. Setelah 3 bulan, semaian dibongkar dan biji gayam sudah berkecambah. Buah yang telah mengeluarkan tunas serta akar ini selanjutnya dipindah ke polybag atau ke bedeng pesemaian. Di bawah tegakan pohon gayam, biasanya juga banyak tumbuh tanaman muda yang bisa dicabut sebagai benih. # # #
Artikel pernah dimuat di Majalah Flona


